Kamis, 14 Maret 2013

Askep fraktur femur


LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR FEMUR


A.    PENGERTIAN
Suatu keadaan  diskontinuitas jaringan structural pada tulang (Sylvia Anderson Price, 1985).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang-tulang rawan (Purnawan Junaidi, 1982).

B.     PENYEBAB FRAKTUR
1.      Trauma langsung/direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat, dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya benturan pukulan yang mengakibat kan patah tulang.
2.      Trauma yang tidak langsung/indirect trauma, contoh penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pergelangan tangan.
3.      Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ada “underlying disease” dalam hal ini disebut fraktur patologis.

C.    INSIDENSI
Fraktur femur mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi dibanding dengan patah tulang jenis berbeda umumnya fraktur terjadi pada 1/3 tengah.

D.    DISKRIPSI FRAKTUR
1.      Berdasarkan Keadaan Luka
a.       Fraktur Tertutup “closed fraktur” bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
b.      Fraktur Terbuka “open/compound fraktur” bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
2.      Berdasarkan Garis Patah
a.       Fraktur Komplet, bila garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain jadi mengenai dari seluruh korteks tulang.
b.      Fraktur Inkomplet, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain jadi masih ada korteks yang utuh seringkali pada anak-anak “Green Stick Frackture”.
3.      Berdasarkan Jumlah Garis Patah
a.       Simple Fraktur dengan satu garis patah
b.      Communitive Fraktur, bila ada garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan / bertemu
c.       Segmental Fraktur, bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling berhubungan dengan pengertian bahwa fraktur terjadi pada tulang yang sama, eks fraktur yang terjadi pada 1/3 proksimal dan 1/3 distal.
4.      Berdasarkan Arah Garis Patah
a.       Fraktur melintang
b.      Fraktur miring
c.       Fraktur spiral
d.      Fraktur kompresi
e.       Fraktur V/Y/T sering pada permukaan sendi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam patah tulang:
a.       Mengenai sisi kanan (dekstra) atau sisi kiri (sinistra) anggota gerak.
b.      Lokalisasinya semua tulang dibagi menjadi 1/3 proksimal, 1/3 tengah, dan 1/3 distal kecuali klaukula dibagi menjadi ¼ medial ½ tengah lateral.
c.       Dislokasi fragmen tulang
-          Undisplaced
-          Fragmen distal bersudut terhadap proksimal
-          Fragmen distal memutar
-          Kedua fragmen saling mendekat dan sejajar
-          Kedua fragmen saling menjauhi dan sumbu sejajar




E.     TANDA DAN GEJALA
1.      Sakit (nyeri)
2.      Inspeksi
a.       Bengkak
b.      Deformitas
3.      Palpasi
a.       Nyeri
b.      Nyeri sumbu
c.       Krepitasi
4.      Gerakan
a.       Aktif (tidak bisa – fungsio lasea)

F.     PENATALAKSANAAN
Prinsipnya ada 2 jenis yaitu konservatif dan operatif, kriteria untuk menentukan pengobatan dapat dilaksanakan secara konservatif (operatif) selamanya tidak absolut.


Sebagai pedoman dapat dikemukakan sebagai berikut:
·         Cara Konservatif
1.      Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang panjang
2.      Adanya infeksi/diperkirakan dapat terjadi infeksi
3.      Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal
4.      Ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi

·         Cara Operatif dilakukan apabila:
1.      Bila reposisi mengalami kegagalan
2.      Pada orang tua dan lemah (imobilisasi) – akibat yang lebih buruk
3.      Fraktur multiple pada ekstremitas bawah
4.      Fraktur patologik
5.      Penderita yang memerlukan immobilisasi cepat

·         Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:
-          Pemasangan gips
-          Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi)
Beban maksimal untuk skin traksi adalah 5 kg.

·         Pengobatan Operatif:
-          Reposisi
-          Fiksasi
Atau lazim disebut juga tindakan  “ORIF” (Open Reductional Internal Fixation)



PROSES KEPERAWATAN PADA KLIEN
FRAKTUR FEMUR

Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal tulang memerlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang femur pada orang dewasa, kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma multiple yang menyertainya. Secara klinis fraktur femur terdiri dari patah tulang paha terbuka dan patah tulang paha  tertutup yang asuhan keperawatannya berbeda.
Sering klien mengalami syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke dalam jaringan maupun syok neurogenik disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat yang dialami klien.
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

Klasifikasi
Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu:
1.      Fraktur Intrakapsuler Femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala femur (Capital Fraktur)
a.       Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar / yang lebih kecil / pada daerah intertrokhanter.
b.      Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

2.      Fraktur Ekstrakapsuler
a.       Hanya dibawah kepala femur
b.      Melalui leher dari femur

A.  PENGKAJIAN
Manifestasi klinis fraktur femur hampir sama pada klinis fraktur umum tulang panjang seperti nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur, krepitus, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur, tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam / hari setelah cedera.

B.  ANAMNESA
1.      Identitas klien
2.      Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
 Provoking Incident

 Quality of Paint

 Region



  Severity (Scale) of Pain


  Time
:

:

:



:


:

Faktor presipitasi nyeri adalah trauma pada bagian paha.
Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk-nusuk.
Rasa sakit bisa reda dengan immobilisasi atau dengan istirahat, rasa sakit tidak menjalar atau menyebar, dan rasa sakit terjadi di bagian paha yang mengalami patah tulang.
Rasa nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara skala 2-4 pada rentang skala pengukuran
0-4
Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari / siang hari.

C.  RIWAYAT PENYAKIT
  1. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, apakah sudah berobat ke dukun? Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.

  1. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti Kanker Tulang dan penyakit Paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit Diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya Osteomyelitis akut maupun kronik dan juga Diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

  1. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit patah tulang paha adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.

  1. Riwayat Psikososial Spiritual
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga / masyarakat.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).


D.  PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:
·         Kesadaran penderita: apatis, spoor, koma, gelisah, compos mentis, tergantung pada keadaan klien.
·         Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
·         Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.

Ø  B1 (Breathing)
      Pada klien dengan fraktur femur pemeriksaan pada sistem pernapasan inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thorax didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan.
Ø  B2 (Blood)
      Inspeksi : tidak tampak iktus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
Ø  B3 (Brain)
      Tingkat kesadaran, biasanya compos mentis
      Muka : wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tidak ada edema.
      Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (apabila klien dengan patah tulang tertutup, karena tidak  terjadi perdarahan). Pada klien dengan fraktur terbuka dengan banyaknya perdarahan yang keluar biasanya konjungtiva didapatkan anemis.
            Sistem sensorik, pada klien faktur femur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan, begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.
Ø  B4 (Bladder)
      Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk berat jenis urine, biasanya klien fraktur femur tidak ada kelainan pada sistem urine.
Ø  B5 (Bowel)
      Abdomen.
      Inspeksi     : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
      Palpasi       : turgor baik, tidak ada depands muskuler, hepar tidak teraba.
      Perkusi      : suara tymphani.
      Auskultasi : peristaltic usus normal ± 20 kali / menit.
      Inguinal-Genetalia-Anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lympe, tak ada kesulitan BAB
Ø  B6 (Bone)
      Adanya fraktur pada femur akan mengganggu secara lokal baik fungsi motorik, sensorik dan peredaran darah.
 Look
:
Sistem Integumen : terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, nyeri tekan. Didapatkan adanya pembengkakan hal-hal yang tidak biasa (abnormal), deformitas, perhatikan adanya kompartemen sindrom pada lengan bagian distal fraktur femur. Apabila terjadi open fraktur di dapatkan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak sampai pada kerusakan integritas kulit. Pada fraktur oblik, spiral atau bergeser yang mengakibatkan pemendekan batang femur. Adanya tanda-tanda cidera dan kemungkinan keterlibatan bekas neurovaskuler (saraf dan pembuluh darah). Paha seperti bengkak/edema. Perawat perlu mengkaji apakah dengan adanya pembengkakan pada tungkai atas yang mengganggu sirkulasi peredaran darah ke bagian bawahnya. Terjebaknya otot, lemak, saraf dan pembuluh darah dalam sindroma kompartemen pada fraktur femur adalah perfusi yang tidak baik pada bagian distal pada jari-jari kaki, tungkai bawah pada sisi fraktur bengkak, adanya keluhan nyeri pada tungkai, timbulnya bula yang banyaknya menyelimuti bagian bawah dari fraktur femur.

 Feel
:
Adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah paha.

 Move
:
Terdapat keluhan nyeri pada pergerakan

      Pola Tidur dan Istirahat:
      Semula klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu dan kebutuhan tidur klien.

E.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang sering muncul pada fraktur humerus baik yang fraktur terbuka dan fraktur tertutup, meliputi:
  1. Nyeri
  2. Kerusakan mobilitas fisik
  3. Defisit perawatan diri
  4. Resiko tinggi trauma
  5. Resiko tinggi infeksi
  6. Kerusakan integritas kulit
  7. Kecemasan

F.   INTERVENSI KEPERAWATAN
  1. Nyeri berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi, saraf, cedera neuromuskuler, trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
 Tujuan
:
Nyeri berkurang, hilang atau beradaptasi
 Kriteria Hasil
:
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkat kan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
 Intervensi
:

a.       Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4
  Rasional
:
Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
b.      Atur posisi immobilisasi pada paha
 Rasional
:
Immobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.
c.       Ajarkan relaksasi:
Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkat relaksasi masase.
 Rasional
:
Akan melancarkan peredaran, darah sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
d.      Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
 Rasional
:
Mengalihkan perhatian nyerinya dengan hal-hal menyenang  kan.
e.       Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian analgetik untuk menguji keefektifannya. Serta setiap 1-2 jam setelah tindakan perawat selama 1-2 hari.
 Rasional
:
Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat
f.       Kolaborasi dengan dokter
1)      Pemberian analgetik
 Rasional
:
Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
2)      Pemasangan traksi kulit atau traksi tulang
 Rasional
:
Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk penyatuan tulang
3)      Operasi untuk pemasangan fiksasi interna
 Rasional
:
Fiksasi interna dapat membantu immobilisasi fraktur femur sehingga pergerakan fragmen berkurang

2.      Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik
 Tujuan
:
Resiko trauma tidak terjadi
 Kriteria Hasil
:
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma
 Intervensi
:

a.       Pertahankan immobilisasi pada lengan atas
 Rasional
:
 Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan akibat fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya
b.      Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netral.
Rasional
:
Mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan
c.       Monitor traksi :
1)      Keadaan kontratraksi
 Rasional
:
Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif. Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontratraksi
2)      Kesinambungan traksi
 Rasional
:
Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan immobilisasi fraktur efektif.
3)      Tali traksi tulang
 Rasional
:
Traksi skelet tidak boleh terputus karena akan memudah kan trauma pada tulang akibat adanya pergeseran tiba-tiba fragmen tulang.
4)      Pemberat traksi
 Rasional
:
Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksud kan intermitten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan harus dihilangkan. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.
5)      Posisi anatomis paha klien
 Rasional
:
Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang
6)      Tali tidak boleh macet
 Rasional
:
Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.
d.      Kolaborasi pemberian antibiotika
 Rasional
:
Antibiotic bersifat baketrisida/baktiostatik untuk membunuh/ menghambat perkembangan kuman
e.       Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan dengan lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri edema).
 Rasional
:
Menilai perkembangan masalah klien

3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurun nya kekuatan pada otot paha.
 Tujuan
:
Perawatan diri klien dapat teratasi
 Kriteria Hasil
:
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai denga tingkat kemampuan, mengidenti-fikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
 Intervensi
:

a.       Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
 Rasional
:
Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
b.      Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu klien perlu
 Rasional
:
Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
c.       Rencanakan tindakan untuk penurunan pergerakan pada sisi paha yang sakit seperti tempatkan makanan dan peralatan dekat dengan klien.
 Rasional
:
Klien akan lebih mudah mengambil peralatan yang diperlu-kan karena lebih dekat dengan lengan yang sehat.
d.      Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.
 Rasional
:
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi








DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. 1985. Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI.

Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal. Edisi 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar