Kamis, 14 Maret 2013

Fase Dying (Terminal)


FASE  DYING


Menurut DR.Elizabeth Kubier-Ross membagi 5 fase dying:
1)      Menolak (Denial).
Pada pase ini px tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi sehubungan dengan kondisi sakit terminal dengan menunjukan reaksi menolak timbul pemikiran seperti seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini.
Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukan keceriaan yang palsu hal tersebut merupakan kondisi yang tidak sehat dari segi mental dan apabila berlangsung terus-menerus perlu dikonsultasikan ke bagian kesehatan mental psikiatrik.
Hal-hal yang ditemukan:
a)      Mengabaikan atau menolak bahwa dirinya sakit.
b)      Menolak partisipasi dalam perawatan.
c)      Menolak saran dari ahli / tim kesehatan.

2)      Marah (Anger).
Apabila fase denial tidak bisa dipertahankan lagi maka akan berubah menjadi kemarahan perasaan iri hati dan penolaka kemarahan terjadi karena kondisi px mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Kemarahan-kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada objek-objek yang dekat dengan px seperti keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya. Kemarahan lambat laun akan mempengaruhi keluarga sehingga ikut marah-marah. Hal-hal yang ditemukan:
a)      Bahasa yang menyimpang.
b)      Penolakan terhadap perawatan.
c)      Menolak makan dan perawatan diri.
d)     Mengkritik negatif terhadap tim kesehatan.
e)      Tidak mengizinkan orang lain mendekatinya dan membanting benda.


3)      Tawar-menawar (Bergaining).
Setelah marah-marah berlalu px akan berfikir dan berusaha untuk mengakhiri ketakutan akan datangnya kematian. Pasien mungkin akan banyak berdoa demi kelengkapan tujuan yang penting dalam hidupnya seperti menyaksikan kelahiran cucu, sukses dalam karir atau study, pada fase ini mulai timbul rasa bersalah dan px mulai membina hubungan yang dekat dengan tuhan, meminta dan berjanji akan berbuat baik jika diperpanjang umurnya atau dapat sembuh px merasa dapat berhasil karena masih dapat menunda kematian dan menganggap berbuat baik masih ada kemungkinan memperpanjang hidup.

4)      Depresi.
Apabila penawarannya tidak berhasil dari kematian semakin menjelang secara psikologik mulai timbul rasa akan kehilangan semua yang dimiliki dan dicintainya dari lingkungan. Dimana dia berada, sehingga timbul perasaan sedih atau depresi yang mendalam, murung dan menangis seringkali terjadi pada diri px maupun keluarganya.
Pada fase ini beberapa individu akan berbicara secara bebas untuk mengungkapkan kesedihannya, tetapi ada juga yang menarik diri dan menolak kehadiran atau bertemu dengan orang lain dan putus asa sehingga ada kecendrungan untuk bunuh diri bagi orang yang berkepribadian labil. Hal-hal yang ditemukan:
2  Apatis.
2  Penurunan kemampuan dan konsentrasi.
2  Insomnia.
2  Tidak dapat bangun.
2  Menangis.
2  Kelelahan yang menetap.
2  Nafsu makan buruk.
2  Kehilangan rasa tertarik terhadap orang maupun lingkungan.

5)      Penerimaan (Accepatance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara disadari oleh px, keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian, fase ini sangat membantu apabila px dapat menyatakan reaksi-reaksi atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya ingin bertemu dengan keluarga terdekat atau sahabatnya, pemuka agama dan penulis surat wasiat.
Keluarga px pada fase ini perlu mendapat dukungan untuk menerima akan terjadi kehilangan orang yang dicintainya, pada beberapa individu, fase ini kadang-kadang diikuti dengan fase melepaskan diri atau di sengagement merupakan fenomena yang singkat sebelum proses kematian terjadi, px biasanya menjadi sangat senang tetapi tidak menunjukan kesedihan, sadar sampai ajal tiba dan hanya ingin ditemani oleh orang yang terdekat saja, kemudian meninggal dengan tenang.


MASALAH-MASALAH YANG TERJADI PADA

KLIEN SAKIT TERMINAL

1)      Masalah-masalah secara fisikal.
Yaitu adanya perubahan-perubahan secara fisik dimana terjadi disfungsi dari sistem-sistem tubuh terjadi gangguan atau kemunduran dan perubahan-perubahan “Body Image” dalam bentuk maupun pergerakan diantaranya sebagai berikut:
a)      Rasa nyeri.
Rasa nyeri merupakan masalah utama dalam masalah-masalah fisik tanpa penanganan yang baik, rasa nyeri ini akan berpengaruh terhadap semua aspek.
Rasa nyeri ini sangat tidak diharapkan bagi px dengan dying karena sangat mengganggu dirinya / harapan, harapannya adalah dan berhubungan dengan orang-orang yang terdekat dalam sisa-sisa hidupnya dan mengganggu untuk istirahat dan tidur. Seringkali px menjadi tergantung terhadap obat-obat pengurang rasa sakit untuk mengurangi rasa sakitnya.
b)      Adanya perubahan-perubahan pada kulit.
Perubahan pada kulit terjadi yaitu adanya oedema jika ada kerusakan pada  organ tertentu seperti pankreas atau hati, maka kulit menjadi kuning, kemudian pada sklera mata dan timbul rasa gatal-gatal.
Oedema biasanya akan terlihat pada ekstrimitas bawah sendi-sendi.
c)      Distensi.
Distensi abnormal biasanya terjadi disebabkan akumulasi gas, feses yang tertahan karena peristaltik usus menurun, ascites dan adanya tumor. Biasanya dilakukan “Nasogastric Tube” untuk mengeluarkan gas, dan pemberian obat suppositoria untuk mengeluarkan feses dan lain-lain tindakan yang dilakukan.
d)     Konstipasi.
Obat-obatan yang mengontrol rasa akit terminal salah satu efek sampingnya adalah konstipasi. Biasanya diberikan diet latihan yang dapat melancarkan defikasi atau pemberian obat suppositoria atau levement.

2)      Masalah-masalah psikologik.
a)      Ketergantungan.
Pada beberapa px menujukan sikap ketergantungan kepada orang lain dalam memenuhi kebutuhannya karena ketidak berdayaannya atau karena sikap dari keluarga over protektif kepada px karena ingin menyenangkan / membahagiakan disaat akhir hidupnya.
Untuk ini perawat harus berusaha untuk mendorong px dan keluarga ke arah meneliti sebatas kemampuannya dan membuat keputusa yang berperan serta secara aktif dalam usaha-usaha penyembuhannya.

Contoh: Meminta px untuk dapat mengurus dirinya sendiri seperti maka, mandi dsb

b)      Kehilangan kontrol.
Dengan adanya kemandirian berarti px mampu mengontrol dirinya untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhannya.
Pada px dengan sakit terminal, adanya keterbatasan dirinya akan menyulitkan dalam mengontrol diri dan harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada yaitu fungsi tubuh dan timbulnya rasa sakit. Px akan merasa senang dapat melakukan hal-hal yang penting bagi dirinya walaupun kegiatan tersebut sangat ringan.
Perawat dapat membantu px untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sukar sebatas kemampuannya dan membantu px apabila menemukan kesulitan-kesulitan.
c)      Kehilangan produktifitas.
Untuk memenuhi kebutuhan kemandiriannya. Px perlu didorong untuk meneruskan pekerjaannya selama itu memungkinkan sehingga px tidak merasa kehilangan produktifitasnya sampai akhir hayatnya.
Misalnya : Seorang lelaki tua setiap pagi datang ke unit terapi kegiatan dengan menggunakan kursi roda dan membuat boneka untuk cucunya, 3 hari kemudian dia meninggal.
Perawat itu perlu menggali sumber-sumber kekuatan yang dimiliki oleh px dan mendorongnya untuk dimanfaatkannya kearah-arah meningkatkan harga diri dan rasa berguna walau kondisi sudah terminal dan hal ini akan menimbulkan kepuasan dan ketenangan bagi px.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar