Kamis, 14 Maret 2013

Katarak


KATARAK


A.    Landasan Teoritis Katarak.
  1. Pengertian.
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan ) lensa, denaturasi, protein lensa atau akibat keduanya, biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. ( Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3; Hal 62 ).
Katarak adalah terjadinya apasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun. ( Doengos, dkk, 1999; 412 ).

  1. Etiologi.
Banyak penyebab dari katarak, tetapi umumnya adalah usia lanjut                 ( katarak senile ) atau busa juga secara kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik dan gangguan perkembangan.
Kelainan sistemik / metabolik seperti diabetes melitus, traumatik, terapi kortikosteroid sistemik, rokok dan alkohol meningkatkan resiko katarak.

  1. Patofisiologi.
Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis terjadi akibat perubahan-perubahan degeneratif yang berdampak pada pertambahan usia, pajanan terhadap sinar matahari selama hidup dan predisposisi herediter berperan dalam munculnya katarak senilis, katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara normal terurai dan mengalami koagulasi.
Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata, atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang terpajan virus rubella dapat mengalami katarak. Para pengidap DM kronik sering mengalami katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan penanganan dan metabolisme glukosa.
  1. Tanda dan Gejala.
Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap. Sejak awal, katarak dapat terlihat melalui pupil yang telah berdilatasi dengan optalmoskop, slit lamp atau shadow test. Setelah katarak bertambah matang maka retina menjadi semakin sulit dilihat sampai akhirnya refleks fundus tidak ada dan pupil berwarna putih.
Pada katarak senile dikenal 3 stadium, yaitu insipien, imatur, dan hipermatur.
Pada stadium insipien dapat terjadi perbaikan penglihatan dekat akibat peningkatan indeks refraksi lensa.

  1. Komplikasi.
a)      Penurunan tajam penglihatan yang sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari  atau telah menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis.
b)      Komplikasi akibat pembedahan adalah glaukoma, ablasio retina, pendarahan uterus, infeksi atau pertumbuhan epitel ke kamera okuli anterior.
c)      Amblipia yang terjadi apabila katarak kongenital yang dibiarkan sehingga menyebabkan aksis visual tertutup.
d)     Kebutaan permanen.
e)      Diabetes melitus.

  1. Penatalaksanaan Medis.
a)      Lakukan pembedahan apabila sudah mengganggu aktifitas sehari-hari.
b)      Katarak kongenital harus dideteksi dini karena bila menutupi aksis visual harus segera dioperasi untuk mencegah ambliopia.
c)      Tehnik ekstraksi katarak ekstra kapsular.
d)     Tehnik ekstraksi katarak intra kapsular tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada katarak senile yang mature dan zonula zinn telah rapuh. Tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imature yang masih memiliki zonula zin
Post operasi :
a)      Pasien diminta tidak banyak bergerak dan menghindari mengangkat beban berat selama sebulan.
b)      Mata ditutup selama beberapa hari atau di lindungi dengan kaca mata atau pelindung pada siang hari.
c)      Selama beberapa minggu harus dilindungi dengan pelindung logam pada malam hari.
d)     Kaca mata permanen diberikan 6 – 8 minggu setelah operasi.

B.     Asuhan Keperawatan Pada Katarak.
  1. Pengkajian.
       Aktifitas / istirahat.
Perubahan aktifitas dari biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
       Neuro sensori.
Gangguan penglihatan ( kabur / tak jelas ), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa di ruang gelap.
       Nyeri / kenyamanan.
Tajam penglihatan menurun secara progresif dan penglihatan seperti berasap, kontra indikasi pemasangan lensa intra okuler pasca pembedahan.

  1. Data Fokus.
       Inspeksi.
Lensa mata menjadi keruh, berwarna putih abu-abu, pada pasien timbul kekaburan penglihatan, pasien mengeluh silau dan hilangnya persepsi warna. Katarak terlihat seperti bintik hitam dengan latar belakang merah karena ia memblokir pantulan cahaya dari retina.
       Auskultasi.
       Palpasi.
       Perkusi.
  1. Diagnosa Keperawatan.
1)      Gangguan sensori-perseptual; penglihatan S.D gangguan penerimaan sensori / status organ indra.
2)      Resiko tinggi terhadap cidera S.D peningkatan tekanan intra okuler, pendarahan intra okuler, kehilangan viterous.
3)      Resiko tinggi terhadap infeksi S.D prosedur invasif ( bedah pengangkatan katarak ).
4)      Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis, pengobatan S.D tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang terpajan / mengingat.

  1. Perencanaan.
       Diagnosa 1.
1)      Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
2)      Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.
3)      Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
4)      Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 %, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.
5)      Letakkan barang yang dibutuhkan / posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tidak dioperasi.
       Diagnosa 2.
1)      Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
2)      Batasi aktifitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
3)      Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
4)      Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
5)      Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
6)      Berikan obat sesuai indikasi. ( Tindakan Kolaboratif )
       Diagnosa 3.
1)      Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata.
2)      Gunakan / tunjukan tehnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan tissu basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak bila menggunakan.
3)      Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi.
4)      Observasi / diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainage purulen, identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi infeksi saluran kemih.
       Diagnosa 4.
1)      Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensa.
2)      Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
3)      Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defikasi, membungkuk pada panggul, meniup hidung, pergunakan sprei, bedak bubuk, merokok ( sendiri / orang lain ).
4)      Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca perlindungan selama hari pembedahan / penutup pada malam hari.

  1. Implementasi dan Rasionalisasi Keperawatan.
       Diagnosa 1.
1)      Menentukan ketajaman penglihatan, mencatat apakah satu atau kedua mata terlibat.
Rasional :
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur.
2)      Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf dan orang lain diareanya.
Rasional :
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.
3)      Memperhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
Rasional :
Gangguan penglihatan / iritasi dapat berakhir 1 – 2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.
4)      Meletakkan barang yang dibutuhkan / posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tidak dioperasi.
Rasional :
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.

       Diagnosa 2.
1)      Mendiskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
Rasional :
Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.
2)      Membatasi aktifitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
Rasional :
Menurunkan stres pada area operasi / menurunkan TIO.
3)      Mendorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
Rasional :
Batuk meningkatkan TIO.
4)      Mempertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.


Rasional :
Digunakan untuk melindungi dari cidera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

       Diagnosa 3.
1)      Mendiskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata.
Rasional :
Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.
2)      Menekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi.
Rasional :
Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
3)      Mengobservasi / mendiskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainage purulen, identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi infeksi saluran kemih.
Rasional :
Mengetahui perkembangan tindakan yang dilakukan dan memberikan rasa tenang terhadap pasien.

       Diagnosa 4.
1)      Mengkaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensa.
Rasional :
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pasca operasi.
2)      Menginformasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Rasional :
Dapat bereaksi silang / campur dengan obat yang diberikan.
3)      Menganjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defikasi, membungkuk pada panggul, meniup hidung, pergunakan sprei, bedak bubuk, merokok ( sendiri / orang lain ).
Rasional :
Aktifitas yang menyebabkan mata lelah / tegang, manuver valsava atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan pendarahan.

                        Catatan :  Iritasi   pernafasan   yang   menyebabkan   batuk  /  bersin  dapat

meningkatkan TIO.
4)      Menekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca perlindungan selama hari pembedahan / penutup pada malam hari.
Rasional :
Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.

  1. Daftar Pustaka.
Doengos, Marily E. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian. Edisi 3 EGC; Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius FKUI, EGC; Jakarta.
Corwin J Elizabeth, 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC; Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar