KONSEP DASAR KASUS
A.
PENGERTIAN
Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi (keretakan atau
perpecahan ) antara proses pikir, afek / emosi, kemauan dan psikomotor disertai
distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi
sehingga timbul inkoherensi, afek dan prilaku bizar.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor
penyebabnya belum dapat di identifikasi secara jelas, kraepiksi menyebut
gangguan ini sebagai remensia precox.
B.
JENIS
Skizofrenia dibedakan dalam
beberapa jenis:
a. Skizofrenia simplek: Dengan gejala utama emosi dan
kemunduran kemauan.
b. Skizofrenia Hibefrenik: Gejala utama gangguan proses
pikir, gangguan kemauan dan depersonalisasi
c. Skizofrenia Katatonik: Dengan gejala utama pada
psikomotor seperti stupor maupun gaduh, gelisah. Kataton.
d. Skizofrenia Paranoid: Dengan gejala utama kecurigaan
yang ekstrim, diserai waham kejayaan atau kebesaran
e. Episoda Skizoprenia akut (Lir Skizoprenia): adalah
kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran
mungkin berkabut.
f. Skizoprenia psiko–afektif: Yaitu gejala utamanya
skizoprenia yang menonjol yang disertai gejala depresi atau mania.
g. Skizoprenia Residual: Skizoprenia dengan
gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan Skizoprenia.
C.
ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui dan merupakan suatu
tantangan riset yang dilakukan dan telah banyak faktor predisposisi dan
presipitasi yang diketahui.
Herediter pentingnya faktor genetika dibuktikan
secara memungkinkan resiko masyarakat umum 1%, Pada orang tua resiko
Skizoprenia 5%, pada saudar kandung 8% dan pada anak–anak 10%.
Lingkugan gambaran pada penderita kembar seperti
diatas menunjukan bahwa lingkungan juga cukup berperan dalam menampilkan
penyakit pada individu yang memiliki predisposisi.
Emosi yang diekspresikan, jika keluarga Skizoprenia
memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misal klien sedang
di omeli atau terlalu banyak dikekang dengan aturan–aturan yang berlebihan maka
kemungkinan kambuh lebih besar.
D.
GEJALA
( Menurut Bluler):
1. Gejala Primer
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isis
pikir ) yang paling menonjol dan terjadi inkoherensi
b. Gangguan afek emosi;
-
Terjadinya kedangkalan
afek emosi
-
Paramimi dan
paratimi (incongruity of afek / inadekuat)
-
Emosi dan afek
serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan.
-
Emosi
berlebihan.
-
Hilangnya
kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik.
c. Gangguan kemauan
-
Terjadi
kelemahan kemauan
-
Prilaku
negatifisme atas permintaan
-
Otomatisme,
merasa pikiran / perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain.
d. Gangguan Psikomotor
-
Stupor atau
hiperkinensia, logorea dan morologisme.
-
Stereotipi
-
Katalepsi:
mempertahankan posisi tubuh dalam waktu lama
-
Echolakia dan
ekhopaxia.
e. Autisme
2. Gejala Sekunder
-
Perubahan
proses pikir
-
Waham
-
Halusinasi
(Kriteria Figner ):
1. Harus ada:
a. Penyakitnya menahun tetap bergejala 6 bulan.
b. Tidak ada penyakit afektif.
2. Paling kurang harus ada satu.
a. Kelainan pikiran
b. Waham atau halusinasi tanpa ketergantungan atau
disorientasi.
3. Harus ada 3 untuk diagnosa pasti.
a. Bujangan
b. Kepribadian premorbid atau riwayat pekerjaan butuh.
c. Riwayat keluarga positif
d. Tanpa alkoholisme atau penyalah guna obat dalam
tahun terakhir
e. Terjadinya sebelum 40 tahun.
E.
PERJALANAN DAN
PROGNOSIS
Skizoprenia tidak patal kecuali bunuh diri,
kecenderungan umum kearah disintegrasi personalitas, tetapi proses ini mungkin
tertentu pada satu titik, meninggalkan
suatu cacat personalitas yang mungkin tidak menarik perhatian atau nyata.
Angka remisi tanpa pengobatan sekitar 20% tetapi
dengan pengobatan sekitar 2/3 penderita dapat mengalami
suatu penyembuhan sosial di masa lampau 2/3 klien
skizoprenia harus menghabiskan waktunya di rumah sakit, kasus yang memerlukan
perawatan rumah sakit permanen satu dari sepuluh bahkan lebih.
Faktor prognosis yang menguntungkan mencakup tidak
adanya riawayat keluarga bagi penyakit ini. Personalitas norma dan latar
belakang keluarga dan catatan pekerjaan stabil, gambaran penyakit mengarah ke
prognosis yang baik, seperti pencetusnya yang nyata, retensi emosi yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Harja Salman,
1989, “Perawatan Kedaruratan Psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Cimahi”, Dep
Kes RI.
Makeon Patrick, 1987,
“Menghadapi Depresi dan Elasi”, Jakarta, Arcon.
Mary Towsend, 1999, “Diagnosa
Keperawatan Psikiatri” Edisi 3, EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar