Kamis, 14 Maret 2013

Konsep Skizoprenia


KONSEP DASAR KASUS


A.    PENGERTIAN
Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi (keretakan atau perpecahan ) antara proses pikir, afek / emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan prilaku bizar.

Skizofrenia merupakan bentuk psikosa  yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat di identifikasi secara jelas, kraepiksi menyebut gangguan ini sebagai remensia precox.

B.     JENIS
Skizofrenia dibedakan dalam beberapa jenis:
a.       Skizofrenia simplek: Dengan gejala utama emosi dan kemunduran kemauan.
b.      Skizofrenia Hibefrenik: Gejala utama gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan depersonalisasi
c.       Skizofrenia Katatonik: Dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh, gelisah. Kataton.
d.      Skizofrenia Paranoid: Dengan gejala utama kecurigaan yang ekstrim, diserai waham kejayaan atau kebesaran
e.       Episoda Skizoprenia akut (Lir Skizoprenia): adalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.
f.       Skizoprenia psiko–afektif: Yaitu gejala utamanya skizoprenia yang menonjol yang disertai gejala depresi atau mania.
g.      Skizoprenia Residual: Skizoprenia dengan gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan Skizoprenia.

C.     ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui dan merupakan suatu tantangan riset yang dilakukan dan telah banyak faktor predisposisi dan presipitasi yang diketahui.

Herediter pentingnya faktor genetika dibuktikan secara memungkinkan resiko masyarakat umum 1%, Pada orang tua resiko Skizoprenia 5%, pada saudar kandung 8% dan pada anak–anak 10%.

Lingkugan gambaran pada penderita kembar seperti diatas menunjukan bahwa lingkungan juga cukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki predisposisi.

Emosi yang diekspresikan, jika keluarga Skizoprenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misal klien sedang di omeli atau terlalu banyak dikekang dengan aturan–aturan yang berlebihan maka kemungkinan kambuh lebih besar.

D.    GEJALA
( Menurut Bluler):
1.      Gejala Primer
a.       Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isis pikir ) yang paling menonjol dan terjadi inkoherensi

b.      Gangguan afek emosi;
-          Terjadinya kedangkalan afek emosi
-          Paramimi dan paratimi (incongruity of afek / inadekuat)
-          Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan.
-          Emosi berlebihan.
-          Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik.


c.       Gangguan kemauan
-          Terjadi kelemahan kemauan
-          Prilaku negatifisme atas permintaan
-          Otomatisme, merasa pikiran / perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain.

d.      Gangguan Psikomotor
-          Stupor atau hiperkinensia, logorea dan morologisme.
-          Stereotipi
-          Katalepsi: mempertahankan posisi tubuh dalam waktu lama
-          Echolakia dan ekhopaxia.

e.       Autisme

2.      Gejala Sekunder
-          Perubahan proses pikir
-          Waham
-          Halusinasi
(Kriteria Figner ):
1.      Harus ada:
a.       Penyakitnya menahun tetap bergejala 6 bulan.
b.      Tidak ada penyakit afektif.

2.      Paling kurang harus ada satu.
a.       Kelainan pikiran
b.      Waham atau halusinasi tanpa ketergantungan atau disorientasi.

3.      Harus ada 3 untuk diagnosa pasti.
a.       Bujangan
b.      Kepribadian premorbid atau riwayat pekerjaan butuh.
c.       Riwayat keluarga positif
d.      Tanpa alkoholisme atau penyalah guna obat dalam tahun terakhir
e.       Terjadinya sebelum 40 tahun.
E.      PERJALANAN DAN PROGNOSIS
Skizoprenia tidak patal kecuali bunuh diri, kecenderungan umum kearah disintegrasi personalitas, tetapi proses ini mungkin tertentu pada  satu titik, meninggalkan suatu cacat personalitas yang mungkin tidak menarik perhatian atau nyata.

Angka remisi tanpa pengobatan sekitar 20% tetapi dengan pengobatan sekitar 2/3 penderita dapat mengalami suatu penyembuhan sosial di masa lampau 2/3 klien skizoprenia harus menghabiskan waktunya di rumah sakit, kasus yang memerlukan perawatan rumah sakit permanen satu dari sepuluh bahkan lebih.

Faktor prognosis yang menguntungkan mencakup tidak adanya riawayat keluarga bagi penyakit ini. Personalitas norma dan latar belakang keluarga dan catatan pekerjaan stabil, gambaran penyakit mengarah ke prognosis yang baik, seperti pencetusnya yang nyata, retensi emosi yang normal.















DAFTAR PUSTAKA


Agus, Harja Salman, 1989, “Perawatan Kedaruratan Psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Cimahi”, Dep Kes RI.

Makeon Patrick, 1987, “Menghadapi Depresi dan Elasi”, Jakarta, Arcon.

Mary Towsend, 1999, “Diagnosa Keperawatan Psikiatri” Edisi 3, EGC, Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar