2.1Konsep Medis
Pengertian
Sindroma Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang
terjadi akibat penyerapan zat gizi yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam
aliran darah.
Sindroma Malabsorbsi adalah kumpulan gejala dan
tanda-tanda yang diakibatkan oleh absorbsi lemak non adekuat didalam usus
halus. (Barbara C. Long, 1985).
2.1.2Klasifikasi
Malabsobsi karbohidrat
Malabsobsi karbohidrat yang utama adalah intoleransi
laktosa.Karbohidrat dapat dibagi dalam Monosakarida (Glukosa,Galaktosa dan
fruktosa), Disakarida (Laktosa atau gula susu,Sukrosa atau gula pasir dan
Maltosa) serta Polisakarida (Glikogen,Amilum dan tepung).
Malabsobsi lemak
Gangguan absobsi lemak umumnya LCT (Long Chain
Triglycerides) dapat terjadi dalam keadaan lipase tidak ada atau kurang,mukosa usus
halus(vili) atrofi atau rusak,gangguan system limfe usus.
Keadaan ini menyebabkan diare dengan tinja berlemak
(steatore) dan malabsorbsi lemak. Dalam keadaan sehat absorbsi LCT dari usus
halus bergantung pada beberapa factor. Hidrolisis dari LCT menjadi asam lemak
dan gliserida terjadi di usus halus bagian atas dengan mempengaruhi lifase
pankreas dan conjugated bile salts yang ikut membentuk micelles yaitu bentuk
lemak yang siap untuk diabsorbsi. Sesudah masuk kedalam usus halus terjadi
re-esterifikiasi dari asam lemak hingga kemudian terbentuk kilomikron yang
selanjutnya diangkut melalui pembuluh limfe.
Malabsorbsi lemak dapat terjadi pada kelainan sebagai
berikut:
a.Penyebab pancreas: fibrosis kistik, insufisiensi
lifase pancreas
b.Penyakit hati: hepatitis neonatal, atresia biliaris,
sirosis hepatis
c.Penyakit usus halus : penyakit
seliak dan malabsorbsi usus (karna kelainan mukosa usus atau atrofi ), reseksi
usus halus yang ekstensif (pada atresia volvulus, infrak masentrium ),
enteritis regional, abetalipoproteinemia (karna gangguan pembentukan
kilomikron), yang tidak diketahui sebabnya, dsb
d.Kelainan limfe: limfangiektasis usus, gangguan limfe
karna trauma, tuberculosis, kelainan congenital
e.Neonatus kurang bulan
Anak diduga
menderita malabsobsi lemak bila tinja berlemak sehingga lembek, tidak
berbentuk, bewarna coklat muda sampai kuning dan terlihat berminyak.
Bertambahnya lemak didalam tinja atau disebut steatore dikatakan suatu hal yang
pasti terjadi pada malabsorbsi lemak. Fese perlu diperiksa dilaboratorium.
Pengobatan
ditujukan pada penyebab terjadinya malabsorbsi lemak. Untuk malabsorbsi
lemaknya sendiri diberikan susu MCT (medium chain triglyceride).
Pada
dasarnya pasien yang menderita diare karena faktor malabsorbsi adalah karena
kepekaan atau alergi terhadap jenis atau zat makanan tertentu, seperti terhadap
lemak, protein, dan pada seliak terhadap gandum. Perawatan selama diare seperti
diare lainnya, tetapi yang penting penjelasan kepada orang tua agar tidak
memberikan makanan atau susu tertentu yang menjadi penyebab diare.
2.1.3 Etiologi
a.Gangguan pencernaan dan absorbsi nutrient di dalam
usus halus.
b.Kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan
makanan maupun karena kelainan yang
secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
c.Penyakit-penyakit yang menyebabkan terhalangnya
pencampuran yang tepat antara makanan dengan asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan
2.1.4 Patofisiologi
Malabsorbsi
diakibatkan oleh tiga hal yaitu :
a.Gangguan fungsi percernaan (phase Intra Lumen)
Pada keadaan
ini nutrient tidak dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat diserap oleh
villi-villi usus halus. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida glukosa.
Protein diserap dalam bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak
dan gliserol. Gangguan ini terjadi bila :
1.Enzym lipase pancreas kurang.
2.Cairan lambung khususnya gasterin kurang.
3.Konjugasi garam empedu kurang.
Keadaan-keadaan
ini dapat terjadi pada :
1.Sub total gastrectomy
2.Pankreatitis
3.Ca. Pankreas
4.Penyakit Lever
5.Obstruksi saluran empedu.
b.Gangguan Mukosa Usus Halus (Phase Mukosal).
Pada keadaan
ini nutrient telah dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang dapat diserap oleh
villi-villi usus halus, namun bentuk-bentuk tidak dapat diserang oleh gangguan
pada mukosa usus halus / villi-villi. Normalnya mukosa usus halus menghasilkan
enzyme diantaranya enterokinase. Enzyme ini mengaktifkan tripsinogen menjadi
tripsin, selanjutkan tripsin mengubah protein menjadi polypeptide. Mukosa usus
menghasilkan enzyme disacharidase yaitu lactosa, maltosa dan sukrosa. Maltase
mencegah maltose menjadi dua glukosa. Sukrose atau invertase memecah skrosa
menjadi fruktosa dan glukosa. Keadaan ini dapat terjadi pula pada :
1.Defisiensi
Lactase
2.Celiac
Disease, Tropical Sprue
3.Enteritis
Alergic
4.Small
Bowel Ischemic
5.Radiation
Enteritis, Croh’s Disease
c.Gangguan pengangkutan Nutrien ke dalam pembuluh limpa
dan pembuluh darah (Phase Transit).
Gangguan ini
terjadi bila terdapat obstruksi limphatik seperti pada lymphoma dan gangguan
supply darah seperti pada thrombus mesenteric superior.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Berbagai
macam tanda atau gejala pada Malabsorbsi, yaitu :
a.Feces tampak bercahaya, berminyak, licin dan
terbatas, berbau (Steatorhoe)
b.Dalam air feces mengapung
c.Berat badan rendah
d.Pucat, lemas, badan lesu
e.Anorexia
f.Mudah terkena infeksi
g.Mudah berdarah
(Echynosis,hematuria)
h.Nyeri otot / tulang
i. Tulang rapuh, mudah terkena
fraktur
j. Kulit kasar dan kering,
hyperfigmentasi
k.Flatulence
l. Hypokalsemia, anemi
m.Pheriperal, neuritis
n. Edema periper.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi
jangka panjang meliputi komplikasi nutrisi parentral:
a.Infeksi kateter sentral
b.Trombosis
c.Hepatotoksisitas
d.Batu empedu
e.Defisiensi vitamin B1
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
a.Pengukuran PH.
b.Penentuan kadar gula dalam tinja.
c.Laktosa loading test(tes toleransi),misalnya pasien
puasa,diukur kadar gula darahmya kemudian diberi laktosa 2 gr/kg BB.Gula darah
diperiksa setiap ½ jam sampai 2 jam lamanya.Hasil dianggap positif bila selama
2 jam didapat hasil kurang dari 25 mg%.
d.Barium meal lactoce.Pasien dipuasakan,pemeriksaan
dilakukan dibagian radiologi.
e.Biopsi usus,hasil akan menunjukkan kelainan berupa
atrofi mukosa usus berbagai derajat dan kelainan lainnya.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
a.Diet
Tinggi
kalori dan protein serta rendah lemak.Menghindarkan makanan makanan yang mengandung
penyebab malabsorbsi seperti susu yang banyak mengandung lactose (Intoleranse
Lactose).
b.Medikamentosa
Pada
Malabsorbsi congenital,terapibersifat symptomatic seperti pemberian preparat
besi dan vitamin pada klien anemi serta transpusi darah bila perlu.Terapi pada
malabsorbsi yang didapat ditujukan pada etiologi seperti enteritis kronis yang
menyebabkan kerusakan mukosa halus. Obstruksi pancreas yang menyebabkan
enzyme-enzym pancreas tidak dapat masuk ke dalam usus halus.
c.Penyuluhan
Ditujukan kepada klien dan keluarga. Mencakup penyakit dan diet yang diperlukan. Perawatan membantu klien dalam mengatasi perubahan pola makan
Ditujukan kepada klien dan keluarga. Mencakup penyakit dan diet yang diperlukan. Perawatan membantu klien dalam mengatasi perubahan pola makan
3.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA SINDROM MALABSORBSI
3.3.1 Pengkajian
Dilakukan secara sistematis yang berisikan informasi
objektif dan subjektif yang meliputi :
a.Identitas diri yang berisikan
nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, suku bangsa, agama, status perkawinan,
nomor RM , tanggal masuk, alasan masuk, dll.
b.Riwayat kesehatan meliputi :
1.Riwayat
Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat yang pernah
diderita, pengalaman riwayat di rumah sakit, penyakit lain yang pernah diderita.
2.Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi alasan masuk RS, keluhan
utama yang dirasakan saat ini yang mliputi sakit tenggorokan dan nyeri sekitar
mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam,
hidung tersumbat, rasa tidak nyaman umum, dan keletihan.
3.Riwayat Kesehatan keluarga
Meliputi adanya riwayat keluarga
yang pernah mengalami hal seperti ini, riwayat penyakit keturunan dan penyakit
menular pada keluarga.
c.Pemeriksaan
fisik :
1.Rambut dan
Hygiene kepala
Rambut hitam,bau tidak ada, rambut tumbuh subur dan kulit kepala bersih
2.Mata
Meliputi keadaan konjunktiva anemis, mata cekung, dll
3.Hidung
Meliputi pemeriksaan septum hidung, sekret atau benda asing lainnya
4.Mulut
Meliputi pemerikasaan rongga mulut yang menandakan apakah bau mulut atau
ada caries, kebersihan lidah dan tidak adanya peradangan
5.Leher
Meliputi kelenjar getah bening dan submandibular disekitar leher terjadi
peradangan atau tidak
6.Thorax
Meliputi bentuk thorax, jenis
pernafasan, frekuensi nafas yang cepat, dan dangkal dan suara nafas
7.Abdomen
Klien dengan biasanya yang diperiksa tidak terjadi pembesaran pada abdomen /
auskultasi peristaltik usus 20 kali / l pada palpasi tidak terasa masa dan
perut terasa tegang. Pada perkusi berbunyi timpani
8.Kulit
Meliputi kebersihan kulit, dan turgor kulit yang jelek
9.Genitalia
Meliputi kelengkapan genitalia
d.Aktivitas Sehari – hari :
1.Pola Eliminasi,
Pemeriksaan frekuensi BAK dan BAB
2.Pola Istirahat,
Kebutuhan istirahat klien terganggu karena sering kali nyeri sakit di
tenggorokan
3.Pola Nutrisi,
Kebutuhan Nutrisi terganggu karena tidak nafsu makan diakibatkan sulit
menelan dan sakit di tenggorokan
4.Personal Hygiene,
Kebersihan mulut terganggu diakibatkan sakit di tenggorokan
3.3.2 Diagnosa Keperawatan
a.Perubahan
status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
gangguan gastrointestinal.
b.Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
c.Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.
3.3.3 Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Perubahan status nutrisi, kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan
gastrointestinal.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi
|
Mandiri
§Kaji
intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang berat badan tiap minggu.
§Berikan
makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet.
§Tawarkan
perawatan mulut (berkumur/gosok gigi) dengan larutan asetat 25 % sebelum
makan.
§Identifikasi
makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.
§Motivasi
pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan-makanan lunak.
§Berikan
bahan penganti garam pengganti garam yang tidak mengandung amonium.
§Berikan
obat sesuai dengan indikasi : Tambahan vitamin, thiamin, besi, asam folat dan
Enzim pencernaan.
Kolaborasi
§Pemberian
antiemetik
|
§Membantu
dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum,
gejala uremik (mual, muntah, anoreksia, dan ganggguan rasa) dan pembatasan
diet dapat mempengaruhi intake makanan, setiap kebutuhan nutrisi
diperhitungan dengan tepat agar kebutuhan sesuai dengan kondisi pasien, berat
badan ditimbang untuk mengetahui penambahan dan penuruanan berat badan secara
periodik.
§Meminimalkan
anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.
§Membran
mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut menyejukkan, dan membantu
menyegarkan rasa mulut, yang sering tidak nyaman pada uremia dan pembatasan
oral. Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan ammonia yang dibentuk
oleh perubahan urea.
§Jika
makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, maka
dapat meningkatkan nafsu makan pasien.
§Membantu
proses pencernaan dan mudah dalam penyerapan makanan, karena pasien mengalami
gangguan sistem pencernaan.
§Garam
dapat meningkatkan tingkat absorsi dan retensi cairan, sehingga perlu mencari
alternatif penganti garam yang tepat.
§Hati yang
rusak tidak dapat menyimpan Vitamin A, B kompleks, D dan K, juga terjadi
kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.
§Untuk
menghilangkan mual / muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
|
2
|
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan terjadi peningkatan
energi dan partisipasi klien dalam aktivitas.
|
Mandiri
§Tawarkan
diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
§Motivasi
pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
§Motivasi
dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.
|
§Memberikan
kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
§Menghemat
tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas
toleransi pasien.
§Memperbaiki
perasaan sehat secara umum dan percaya diri.
|
3
|
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan pembentukan edema.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Integritas kulit klien dalam keadaan
baik
|
Mandiri
§Batasi natrium
seperti yang diresepkan.
§Berikan
perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
§Ubah
posisi tidur pasien dengan sering.
§Timbang
berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
§Lakukan
latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus.
§Letakkan
bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.
|
§Meminimalkan
pembentukan edema.
§Jaringan
dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap
tekanan serta trauma.
§Meminimalkan
tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
§Memungkinkan
perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta
kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
§Meningkatkan
mobilisasi edema.
§Melindungi
tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.
|
3.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksananan terhadap
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama
pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual,
teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi,
dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan
bagaimana respon pasien.
3.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir
dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:
1.Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan
di tujuan.
2.Tercapai sebagian : pasien
menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan
tujuan.
3.Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan
tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar